Kamis, 16 Januari 2014

Contoh Makalah Manajemen Mutu Terpadu

Diposting oleh Aryanti Trimarti ALrsyid di 22.03


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang Masalah

      Tuntutan akan lulusan lembaga pendidikan yang bermutu semakin mendesak karena semakin ketatnya persaingan dalam lapangan kerja. Salah satu implikasi globalisasi dalam pendidikan yaitu adanya deregulasi yang membuka peluang lembaga pendidikan (termasuk perguruan tinggi asing) membuka sekolahnya di Indonesia. Oleh karena itu persaingan di pasar kerja akan semakin berat.

      Mengantisipasi perubahan-perubahan yang begitu cepat serta tantangan yang semakin besar dan kompleks, tiada jalan lain bagi pemerintah dalam fungsinya sebagai penyelenggara pembangunan di bidang pendidikan dan lembaga-lembaga pendidikan untuk mengupayakan segala cara untuk meningkatkan daya saing lulusan serta produk-produk akademik lainnya, yang antara lain dicapai melalui peningkatan mutu pendidikan. Tata Administrasi Negara (TAN) dan Tata Laksana Pemerintahan (TLP) dalam bidang pendidikan haruslah dapat menyesuaikan dan menjawab tantangan tersebut.
Usaha peningkatan mutu layanan pendidikan terkait dengan bagaimana usaha itudengan mengadopsi istilah penjejangan Sismennas dalam penyelenggaraan negara maka perlu dilakukan baik pada jenjang kebijakan umum ( strategik), kebijakan manajerial, maupun kebijakan teknis (Lemhannas, 2009). Salah satu di antaranya adalah kebijakan manajerial bisa dengan menerapkan manajemen mutu terpadu ( Total Quality Management) untuk mengantisipasi pesatnya pengaruh global atau yang sering disebut globalisasi.

      Globalisasi bisa mengakibatkan hilangnya identitas kultur nasional, sedangkan kemampuan untuk bertahan tergantung pada akses kekuatan superpower, sehingga terajadi eksploitasi terhadap negara yang kurang berkembangpun akan terjadi. Namun, globalisasi adalah keniscayaan yang tidak dapat dihindarkan dalam hubungan antar negara. Globalisasi multisektor sebagai dua sisi mata uang yang menghadirkan kebaikan dan kerugian. Banyak konsep diciptakan negara maju baik di bidang ekonomi, politik, demokrasi, perlindungan HAM, pengelolaan Iingkungan hidup sampai pada konsep good governance terkait dengan peningkatan mutu. Salah satu di antaranya dapat kita kaitkan bagaimana hubungan antara peningkatan mutu dengan praktek good gavernance.

      Good governance dalam konteks kepemerintahan secara legitimasi dapat dilihat dari sistem pemerintahannya itu sendiri dan bagaimana jalannya pemerintahan. Lalu secara akuntabilitas dapat dilihat dari eksistensi mekanisme keyakinan politik pemerintah terhadap aksi perbuatannya dalam menggunakan sumber publik dan performa perilakunya. Pemerintah dalam membuat kebijakan harus berpatokan kepada pelayanan publik yang efisien dan kapabilitas manajemen publik yang tinggi (Effendi, 2005). Adapun problematika penerapan good governance antara lain bisa karena kurangnya pelayanan publik, kapabilitas kebijakan yang rendah, manajemen keuangan yang lemah, peraturan dan prosedur pelayanan yang sangat birokratis serta inefisiensi alokasi sumber-sumber publik. Ini yang menghambat pelaksanaan good governance dan akibatnya bisa fatal, misalnya, bisa membuat pengentasan kemiskinan dan/atau hal-hal lain yang penting justru tidak berjalan.

      Dalam hal ini manajemen mutu terpadu dalam kaitannya dengan penyelenggaraan good governance bisa ditempatkan sebagai metodologi atau teknik manajemen untuk mencapai tujuan peningkatan mutu itu sendiri.

     
1.2. Tujuan Penulisan

            Tujuan penulisan makalah ini adalah bagaimana pengembangan teoriPentingnya Manajemen Mutu Terpadu.

1.3. Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka masalah pokok yang diangkat dalam makalah ini adalah:
1.      Pengertian Manajemen Mutu Taerpadu (MMT).
2.      Konsep Mutu.
3.      Prinsip Umum Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
4.      Tahap-tahap Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu.
5.      Kendala-kendala Dalam Penerapan Manajemen Mutu Terpadu.
6.      Komponen Penting Dalam Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu.
7.      Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu.
8.      Karakteristik Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu.












BAB II
PEMBAHASAN

2.1.            Pengertian Manajemen Mutu Taerpadu (MMT)



http://blog.uin-malang.ac.id/sugenglprabowo/files/2010/09/Quality-Improvement-300x225.png

Manajemen Mutu Terpadu (MMT) adalah filosofi dan sistem untuk pengembangan secara terus menerus (continuous improvement) terhadap jasa atau produk untuk memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Sistem pengembangan secara terus menerus dan kepuasan pelanggan merupakan kalimat yang selalu ada dalam setiap definisi yang dikemukakan pakar terhadap MMT. Sistem pengembangan secara terus menerus menggambarkan bahwa MMT memiliki titik tekan pada proses dan bekerja dengan mendasarkan pada sistem, sebagaimana gambar 1.
            Gambar 2.1. Pengembangan secara Berkelanjutan pada TQM
2.2.            Konsep Mutu
            Mutu merupakan gagasan dinamis yang sulit untuk dapat disamakan. Di suatu sisi mutu data dipahami sebagai konsep absolut dan pada sisi lain dapat dipahami sebagai konsep yang bersifat relatif.
2.2.1.  Konsep Absolut
Mutu sebagai konsep absolut memungkinkan kepala sekolah untuk merumuskan standar maksimal, yang pada kenyataannya akan sulit untuk direalisasikan. Dalam pemahaman seperti ini, kepala sekolah akan berpikir bahwa sekolah yang dipimpin harus selalu menjadi sekolah unggulan baik bertaraf nasional maupun internasional. Mutu akan menjadi simbol status bagi pelanggan internal maupun pelanggan eksternal, sehingga stakeholder/pemilik akan merasa bangga dan merasa puas, khususnya bagi orang tua peserta didik.
2.2.2.  Konsep Relatif
      Mutu sebagai konsep relatif, sangat mengikuti keinginan pelanggan. Mutu ditentukan oleh spesifikasi standart yang telah ditetapkan dan selalu disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Mutu pada kondisi sekarang belum tentu menjadi ukuran mutu dimasa datang. Kepala sekolah harus bisa merancang kebutuhan masa depan dengan visi dan misi sekolah yang menantang. Untuk itu sekolah harus merumuskan program-programnya terlebih dahulu dengan kejelasan target yang akan dicapai.




2.3.            Prinsip Umum Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
            Menurut Dean sebagaimana dikutip oleh Ali Djamhuri (2001:8) prinsip umum Manajemen Mutu Terpadu meliputi:
1.      Organisai yang memfokuskan pada ketercapaian kepuasan pelanggan (Customer Focus Organization).
            Organisasi dalam hal ini manajemen harus dapat mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya organisasi dan sistem yang ada untuk menciptakan aktivitas terhadap tercapainya kepuasan pelanggan. Tercapainya kepuasan pelanggan meliputi seluruh stakeholders, baik yang berada didalam organisasi maupun di luar organisasi.
2.      Kepemimpinan (Leadership)
            Kepemimpinan merupakan proses untuk mempengaruhi pihak lain untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh karenanya pemimpin harus memiliki visi dan misi yang jelas, sehingga keduanya dapat dituangkan dalam kebijakan yang akan diambil.
3.      Keterlibatan seluruh partisipan organisasi (People Organization)
            Seluruh komponen di dalam suatu organisasi harus dilibatkan. Artinya seluruh sitivitas organisasi harus selalu berusaha untuk melakukan perbaikan secara terus menerus. Perbaikan bukan hanya dari pihak kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, tetapi semua sivitas sekolah harus memiliki komitmen untuk melakukan perbaikan. Dengan kata lain semua sivitas sekolah harus dilibatkan dalam upaya memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada para pelanggan.
4.      Pendekatan yang menekankan pada perbaikan proses (Process Approach)
            Kurangnya dukungan sistem informasi dan alat ukur keberhasilan MMT berasumsi bahwa output akhir suatu organisasi tidak semata-mata dilihat secara parsial, tetapi suatu proses yang panjang. Proses tersebut dilakukan secara sadar oleh setiap individu. Kegiatan tersebut juga dilakukan saling terkait satu dengan lainnya sehingga menghasilkan outputorganisasi. Jelassnya tamatan atau lulusan bukan semata-mata produk tenaga akademik, atau karyawan sajak, tetapi menyangkut proses yang melibatkan tenaga akademik, karyawan, kepala sekolah, murid, orang tua, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat luas, yang tentu saja proporsinya berbeda satu sama lainnya.
5.      Penerapan manajemen dengan menggunakan pendekatan sistem (System Approach)
            Dalam konteks organisasi, upaya menyempurnakan proses tertentu harus dikaitkan dengan proses lainnya. Oleh karena pihak-pihak yang terkait dengan proses tersebut merupakan tangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Tuntutan peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat dilakukan oleh tenaga pengajar semata, tetapi harus pula melibatkan aspek ketatausahaan, kepemimpinan, fassilitas, dan penciptssn organisasi yang optimal atau mendukung.

6.       Langkah perbaikan yang dilakukan secara terus menerus (Continual Improvement atau Kaizen)
            Inti perbaikan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan adalah adanya human resources empowerment baik bagi tenaga edukatif maupun administratif. Realitas menunjukkan belum seluruhnya pemimpin organisasi menyadari arti pentingnya pemberdayaan tenaga akademik dan administratif. Para pimpinan sering lebih mementingkan pengembangan fasilitas atau pegembangan fasilitas. Hal ini ditunjukkan oleh adanya anggaran pendidikan dan pelatihan untuk kedua tenaga tersebut tidak setidak-tidaknya kurang berimbang dibandingkan dengan anggaran pembangunan fisik.
7.      Penerapan pengembilan keputusan didasarkan fakta (Factual Apprecision Making)
            Manajemen Mutu Terpadu-MMT berdasarkan pada kepuasan pelanggan. Oleh karenanya maka orientasi MMT harus mendasarkan pada fakta yang diinginkan oleh pelanggan. Pada sisi lain kepuasan berkaitan dengan kualitas. Implikasinya kualitas kepuasan tersebut harus dapat diukur dan dapat dilakukan monitoring setiap saat. Dengan demikian, pemimpin organisasi harus dapat menciptakan dan mengembangkan alat ukur sebagai keberhasilan suatu lembaga
8.      Hubungan dengan supplier yang saling menguntungkan (Mutually Beneficial Relationship).
Filosofi Manajemen Mutu Terpadu:
Pertama: pemenuhan kebutuhan sebaik-baiknya atau kepuasan pelanggan.
Kedua: menciptakan budaya kerja dan budaya akademik dalam diri karyawan maupun tenaga kependidikan dalam layanan pendidikan, misalnya motivasi, sikap, kemauan, dedikasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
            Namun permassalahan yang ada adalah setiap pelanggan memiliki ukuran yang berbeda. Dengan kata lain tolok ukur untuk setiap pelanggan adalah berbeda, misalnya bagi seorang guru salah satu tugasnya adalah melayani siswa yang kurang pintar justru senang. Sementara siswa puas dengan penguasaan teori secara tuntas daripada masalah-masalah teknis, sedangkan siswa lainnya lebih senang dan puas dengan pemahaman yang sifatnya teknis.
Perbedaan tolok ukur kepuasan ini memang sangat mungkin dan fakta menunjukkan adanya perbedaan tersebut, yaitu:
  1. Pelanggan berbeda kebutuhannya
  2. Kebutuhan pelanggan selalu berubah
  3. Sikap dan kemampuan pemberi pelayanan
  4. Jasa pendidikan bersifat abstrak



2.4.            Tahap-tahap Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu
  1. Melakukan sosialisasi
Dengan cara sebagai berikut:
  1. Baca dan pahami sistem, buaya dan sumber daya yang ada disekolah.
  2. Identifikasi sitem, budaya dan sumber daya yang perlu diperkuat dan perlu diubah.
  3. Buatlah komitmen secara rinci.
  4. Bekerjalah dengan semua unsure sekolah untuk mengklarifikasi visi, misi, tujuan, sasaran, rencana dan program-program.
  5. Hadapi status quo terhadap perubahan
  6. Garisbawahi prioritas sasaran, budaya dan sumber daya yang belum ada sekarang.
  7. Pantaulah dan arahkan proses perubahan agar sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran, rencana, dan program-program
  8. Mengidentifikasi tantangan nyata di sekolah.
Tantangan adalah selisih antara ketidak sesuaian antara output sekolah saat ini dan output sekolah yang diharapkan dimasa yang akan datang. Tantangan terdiri dari tantangan kualitas dan tantangan efektivitas.
Contoh tantangan kualitas: rata-rata output sekolah saat ini NEM-nya adalah 6,2 dan output sekolah yang diharapkan dimasa datang adalah 7,5 maka besarnya tantangan adalah 7,5-6,5=1,0.
Contoh tantangan efektivitas: dari 300 siswa yang ikut UNAS yang lulus 270 siswa, sehingga tantangannya adalah 30 siswa atau 10%.



2.5.            Kendala-kendala Dalam Penerapan Manajemen Mutu Terpadu

      Jim Clemer sebagaimana dikutip oleh Djamhuri (2001), merinci kendala dalam menerapkan Manajemen Mutu Terpadu adalah:
§      Lemahnya kepemimpinan dan delegasi wewenang manajemen
      Manajeme Mutu Terpadu akan berjalan sesuai dengan sasaran yang didinginkan jika pemimpin memiliki komitmen terhadap keterlibatan semua pihak. Artinya Manajemen Mutu Terpadu tidak akan berhasil manakala hanya diserahkan kepada tim tertentu yang ditunjuk oleh pimpinan, sementara pimpinan langsung menyerahkan program Manajeme Mutu Terpadu tersebut kepada tim yang ditunjuk. Dengan demikian pimpinan dapat mensosialisasikan perbaikan mutu yang dilakukan oleh pimpinan.
§      Mabuk tim
      Model ini bukan satu-satunya, tetapi masih ada metode pengembangan lainnya.
§      Proses pengaturan yang tidak memadai
      ProgramManajeme Mutu Terpadu harus mengilhami seluruh kegiatan. Bagi sekolah, maka seluruh kegiatan akademik (proses belajar mengajar) harus memperoleh perhatian dalam meningkatkan kualitasnya.
§      Pemilihan pendekatan yang sempit dan dogmatik
      Pendekatan yang sempit dan dogmatik tidak dapat secara fleksibel memenuhi tuntutan perkembangan. Ini berarti ada kemandegan atau bahkan akan terjadi proses status quo. Pendekatan yang sempit tidak akan memberikan kesempatan bagi peningkatan Manajeme Mutu Terpadu. Manajeme Mutu Terpadu berorientasi pada pelanggan. Pelanggan memiliki kepuasan yang selalu berkembang. Oleh karenanya pendekatan dogmatik dan sempit tidak sesuai dengan kepuasan pelanggan.

§      Kurangnya dukungan sistem informasi dan alat ukur keberhasilan
      Lembaga atau oragnisasi termasuk sekolah amat sulit untuk mengetahui adanya peningkatan kualitas pelayanan di lembaganya, manakala tidak memiliki data dasar. Oleh karena itu setiap lembaga harus memiliki data dasar dan tolok ukur yang dicanangkan oleh lembaga yang bersangkutan.

2.6.            Komponen Penting Dalam Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu
  1. Peningkatan Pengembangan Profesionalisme Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
            Profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan merupakan salah satu syarat utama dalam keberhasilan pengembangan manajemen mutu. Salah satu alasan mengapa peningkatan profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan itu sangat penting, dipengaruhi oleh kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat. Sebagai seorang professional, diharapkan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dapat memahami dan mengantisipasi kemajuan teknologi dalam proses kegiatan pendidikan terutama pembelajaran di kelas.
Peningkatan kemampuan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dapat dilakukan melalui:
  1. Mengikut seratakan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan pada pelatihan yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
  2. Sekolah perlu menyediakan buku atau referensi
  3. Mendorong dan menfasilitasi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan untuk melakukan tutorial sebaya misalnya melalui kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru), mengikuti program penyetaraan atau program pelatihan terakreditasi.
  4. Mengirimkan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan ke luar negeri sesuai dengan tawaran yang diberikan oleh negara-negara donor.
  5. Melakukan lomba karya ilmiah
  6. Melakukan pengakuan dan penghargaan kepada yang berprestasi, kreatif atau yang berhasil menemukan sesuatu di bidang pendidikan.
  7. Mengadakan pertemuan berkala antar guru mata pelajaran sejenis antar sekolah.
            Pemberdayaan dan akuntabiitas guru dan administrator adalah syarat penting dalam MMT. Guru-guru memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan dengan berpartisipasi dalam perencanaan, pengembangan, monitoring, dan meningkatkan program pengajaran di sekolah. Dalam MMT peran guru adalah sebagai rekan kerja, pengambilan keputusan dan pengimplementasi program pengajaran.
            Agar para guru memiliki peran yang lebih besar dalam pengelolaan sekolah maka perlu dilakukan pemberdayaan pengetahuan secara terpadu yang dimilki oleh guru. Terdapat dua jenis pengetahuan yang penting untuk dimilki para guru. Pertama, pengetahuan yang berkaitan dengan tanggung jawab partisipan sekolah di dalam kerangka manajemen mutu, seperti pengetahuan tentang cara mengorganisasi pertemuan-pertemuan, cara meraih konsesus, dan bagaimana cara membuat anggraran. Kedua, berkaitan dengan pengajaran dan perubahan-perubahan program sekolah, diantaranya mencakup pengetahuan tentang pengajaran, pembelajaran, dan kurikulum.
2.      Menggali Sumber Dana
            Sumber dana utama keuangan sekolah adalah pemerintah, orang tua, dan masyarakat. Sekolah juga dapat mencari dana atau bantuan melalui berbagai cara selain melalui iuran BP3, misalnya melalui penyewaan fasilitas, pembayaran peserta didik, bantuan yayasan, dan gerakan pengumpulan dana.
            Beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam rangka usaha pengumpulan dana melalui: gerakan mencari donator, pengumpulan dana kecil-kecilan, beli barang untuk dijual, penjualan hasil produksi sekolah, penjualan jasa, jasa periklanan, penyewaan fasilitas sekolah, an menfassilitasi tempat penyelenggaraan kompetensi.
3.      Kepemimpinan dalam MMT
            Kepemimpinan MMT merupakan suatu hal yang sangat terkait dengan manajemen berbasis sekolah. kepemimpinan berkaitan dengan sekolah-sekolah dalm meningkatkan kesempatan mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dan staf administrasi dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh rasa pertimbangan. Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerja sama dalam kelompok untuk mewujudkan tujuan organisasi.
            Kepala sekolah merupakan moto penggerak, penentu arah kebijakan sekolah dalam mewujudkan tujuan sekolah, kepala sekolah senantiasa dituntut untuk meningkatkan efektivitas kinerja. Kinerja kepemimpina kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen mutu adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan manajemen mutu di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan hal itu, kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam manajemen mutu memiliki kriteria sebagai berikut:
ª      Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.
ª      Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
ª      Mampu menjalani hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah.
ª      Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah.
ª      Bekerja dengan tim manajemen.
ª      Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

4.      Proses pengambilan keputusan
            Pengambilan keputusan adalah seperangkat langkah yang diambil individu atau kelompok dalam memecahkan masalah, atau proses memilih di antara alternative-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.
            Proses pengambilan keputusan yang rasional melalui enam langkah yaitu: menetapkan masalah, mengidentifikasi kriteria, mengembangkan alternatif, mengevaluasi alternative, dan memilih alternative terbaik.
Adapun langkah-langkah pemecahan maslah dan pengambilan keputusan adalah:
  1. Mengidentifikasi masalah dan menentukan penyebabnya
  2. Mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan memilih yang terbaik
  3. Melaksanakan keputusan dan menindaklanjutinya
  4. Monitoring dan evaluasi
            Monitoring merupakan sesuatu kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi atau memantau proses dan perkembangan pelaksanaan program pendidikan. Melalui monitoring akan dapat diketahui apakah pelaksanaan program pendidikan berjalan sesuai yang direncanakan, apa saja hambatan yang terjadi, dan bagaimana mengatasi masalah yang terjadi. Evaluasi merupakan suatu proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan informasi yang umumnya diperoleh melalui pengukuran, untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu program.

2.7.            Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu

      Evaluasi dalam Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total Quality Management-TQM) adalah sistem evaluasi yang dirancang, dikembangkan, dan diselenggarakan secara komprehensif dan berkelanjutan, dengan secara optimal memanfaatkan sumber daya sekolah guna meningkatkan dan menjamin mutu keluaran, proses penyelenggaraan dan masukan sekolah.

      Penyelenggaraan evaluasi manajemen berbasis sekolah misalnya, diharapkan akan dapat diperoleh informasi yang akurat tentang efektivitas pembelajaran, untuk digunakan dalam membuat keputusan-keputusan menyangkut siswa, memberikan umpan balik kepada siswa mengenai kemajuan belajar, kelemahan, dan keunggulannya, menentukan kesesuaian kurikulum, serta memberikan informasi untuk pembuatan kebijakan. Pelaksanaan evaluasi manajemen mutu berbasis sekolah merupakan upaya untuk mengoptimalkan penyelenggaraan proses belajar mengajar, dalam meningkatkan fungsi dan manfaat evalusi secara optimal.

      Melalui evaluasi Manajemen Mutu terpadu-MMT yang dilakukan secara berkelanjutan memungkinkan diketahuinya secara akurat mengenai kondisi setiap komponen pendidikan di sekolah, meliputi guru, peserta didik, dan kepala sekolah, fasilitas sekolah, keberhasilan dan kendala sekolah serta komponen-komponen lainnya. Dengan keadaan demikian, keberhasilan dan kendala sekolah dalam menyelenggarakan program pendidikan secara berkala dapat diketahui dan digunakan sebagai umpan balik untuk melakukan penyempurnaan-penyempurnaan.

2.8.            Karakteristik Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu

Adapun karakteristik dalam evaluasi dalam manajemen mutu terpadu yaitu:
1.      Evaluasi bersifat komprehensif antara lain mencakup semua ranah hasil pendidikan (kognitif, afektif, psikomotor) secara proporsional.
2.      Evaluasi dilakukan secara terpadu dengan kegiatan PBM dan berkelanjutan, dapat membantu baik siswa maupun guru dalam menilai kesiapan belajar, memantau kemajuan belajar, mendiagnosa kesulitan-kesulitan belajar dan menilai keberhasilan proses belajar mengajar.
3.      Evaluasi dikelola sekolah secara professional dan terpadu dengan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
4.      Kewenangan dan tanggung jawab sekolah yang bertanggung jawab memanfaatkan semua sumber daya sekolah untuk menyelenggarakan evaluasi secara sistematis untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan.
5.      Berpusat pada siswa yaitu mengamati kegiatan dan kemajuan belajar siswa serta membantu siswa untuk menguasai substansi pelajaran.
6.      Otonomi guru, memiliki kewenangan penuh untuk merancang dan melaksanakan evaluasi juga memiliki etika dan tanggung jawab.
7.      Konstektual sesuai dengan karakteristik substansi pelajaran, guru, dan siswa.








BAB III
PENUTUP

3.1.            Kesimpulan

            Manajemen Mutu Terpadu (MMT) adalah filosofi dan sistem untuk pengembangan secara terus menerus (continuous improvement) terhadap jasa atau produk untuk memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Sistem pengembangan secara terus menerus dan kepuasan pelanggan merupakan kalimat yang selalu ada dalam setiap definisi yang dikemukakan pakar terhadap MMT. Sistem pengembangan secara terus menerus menggambarkan bahwa MMT memiliki titik tekan pada proses dan bekerja dengan mendasarkan pada sistem.
Karena itu, pendekatan MMT tidak hanya bersifat parsial, tetapi komperhensip dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan produk yang dihasilkan. Masalah kualitass juga tidak lagi dimaknai dan dipandang sebagai masalah teknis, tetapi lebih berorientasi pada terwujudnya kepuasan konsumen atau pelanggan. MMT juga melibatkan faktor fisik dan faktor non fisik, semisal budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan pengikut. Keterpaduan factor-faktor ini akan mengakibatkan kualitass pelayanan menjadi lebiih meningkat dan bermakna.

3.2.            Saran

            Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu dibutuhkan saran yang sifatnya membangun, guna kesempurnaan dalam penulisannya.



DAFTAR PUSTAKA

Widodo, Suparno Eko. 2011. Manajemen Mutu Pendidikan. Jakarta: Ardadizya Jaya.
Sudiyono. 2004. Manajemen Pendidikan Tinggi. Jakarta: Rineka Cipta.





3 komentar:

MUST SATATOE mengatakan...

SANGAT BERMANFAAT...GOOD JOB.

MUST SATATOE mengatakan...

SANGAT BERMANFAAT...GOOD JOB.

Unknown mengatakan...

teimakasih

Posting Komentar

 

MPP CREATIVE Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review